Suatu kebahagian dan anugerah saat kita dikaruniai seorang anak. Dialah yang merawat kita saat tua nanti dan anak kita jua yang berpean sebagai penerus perjuangan kita nanti setelah kita tiada.
Begita besar rasa sayang dan cintanya pada anak, membuat orang tua mencurahkan waktu, tenaga dan fikirannya demi kebaikan dan perkembangan anak.
Proses menjaga dan merawat anak atau si buah hati dilakukan sejak anak masih di awal kandungan. Minggu-minggu pertama kehamilan hingga bulan kelahiran, orang tua terutama ibu sangat berhati-hati dalam beraktivitas. Kehati-hatian itu bahkan hingga diterapkan pada apa yang dilihat oleh sang ibu(tontonan) dan ucapannya. Selain itu, kondisi psikis (perasaan) juga sangat dijaga oleh sang ibu.
Nah, kali ini saya ingin berbagi secuil pengalaman dalam merawat bayi. Namun saya khususkan cerita pada proses pembarutan atau ada juga yang menyebut dengan istilah mbedong.
Pembarutan atau pembedongan adalah kegiatan dimana badan bayi yang berumur antara 0 bulan-4 bulan dibalut dengan selendang kecil. Biasanya pembalutan dengan selendang kecil dimulai dari lengan atas (bawah pundak persis) hingga kaki sang bayi.
Apakah pentingnya pembarutan / pembedongan ini?
Ada yang menganggap bahwa pembarutan atau pembedongan adalah upaya agar kaki tidak letter O atau X. Karena ada anggapan seperti itulah, sehingga muncul meme yang menjelaskan (yang pernah saya lihat di status teman) kurang lebih begini isinya: “Bayi di barut/bedong agar kaki tidak letter O atau Letter X mitos atau fakta? Bayi tidak perlu dibarut/dibedong, karena struktur tulang bayi seiring berjalannya waktu, pertumbuhan dan mengerasnya tulang kaki, maka akan lurus dengan sendirinya alias tidak bengkok. Sehingga bayi tidak perlu sering-sering dibarut atau bedong.”
Menurut pengalaman pribadi, proses pembarutan dan pembedongan pada bayi bukan hanya bertujuan pada focus tulang kaki, namun proses pembarutan/ pembedongan membuat bayi tidak cepat capek, membuat tidur lebih anteng. Tukang pijet khusus bayi di daerah saya menjelaskan bahwa dengan dibarut/dibedong, bayi tidak cepat capek (kalo istilahnya orang dewasa pada pegel-pegel mungkin).
Dan saya mengamati pada bayi saya sendiri, saat bayi tidur dan tidak dibarut/dibedong, sekitar 15-30 menit kemudian bangun dan gampang kaget oleh suara-suara disekitarnya. Namun saat bayi tidur dengan dibarut/dibedong, tidurnya pulas dan tidak gampang kaget dengan suara-suara yang ada disekitarnya. Saat bayi bangun dan terlihat ingin melepaskan diri dari barutan/bedonngan, kita bisa membuka barutan dan bedongan tersebut, karena membarut/membedong bayi tidak perlu terlalu lama, cukup sebatas ketika tidur bayi tersebut, antara 2-3 jam dalam satu kali bayi tersebut tidur.
Ada kearifan lokal didaerah saya, bahwa pembarutan/pembedongan harus dilepas ketika waktu-waktu tertentu yaitu: saat siang hari (bedug/waktu dzuhur), sore hari (sandekala/waktu maghrib). Demikian sedikit pengalaman yang saya bagi mengenai pembarutan/pembedongan pada bayi. Yuk berbagi pengalaman di kolom komentar dibawah tulisan ini.
No comments:
Post a Comment